Lebaran?
Bagi anak kecil tertentu, lebaran itu wajib hukumnya dibelikan baju baru. Para
orangtua, khususnya ibu-ibu, akan mulai sibuk mencari-cari baju lebaran untuk
anaknya beberapa hari menjelang lebaran tiba. Tapi apa jadinya jika yang sibuk
mencarikan adalah yang bapak-bapak?
Aku termasuk salah satu dari beberapa
kemungkinan itu. Bapakku punya tugas khusus menjelang hari lebaran tiba. Yap,
membelikanku baju lebaran secara sepihak. Aku tidak pernah diberi pilihan untuk
mengajukan permintaan tentang baju dengan model apa yang ingin aku pakai saat
lebaran, tentang warna apa, tentang gambar apa. Tidak pernah. Aku hanya bisa berharap-harap
cemas dan menebak-nebak baju seperti apa yang akan aku dapatkan nanti. Eh, apa
anak kecil memang hanya terima jadi saja?
Beberapa kali lebaran, saat aku belum mengenal
bangku sekolah, aku dibelikan celana oto.
Begitulah jenis celana itu terkenal di daerah kami. Biasanya bahannya dari jeans.
Jika celana pada umumnya, di bagian depannya hanya sampai sebatas pinggang saja,
maka celana oto ini memiliki penutup
dada yang dihubungkan dengan kancing. Kancing tersebut lalu akan dipasangkan
dengan cantolan besi yang diikatkan pada tali dari bagian belakang celana. Aih,
sulit sekali menjelaskannya. Semoga penjelasan rumitku bisa dibayangkan para
pembaca. *hehehehe
Aku punya dua celana oto pada waktu itu. Satu berwarna abu dan satu lagi biru tua. Yang
abu, dipasangkan dengan kaos merah dengan begitu banyak sablonan di bagian
depannya. Dari bentuk lengannya, aku cukup berlega hati karena itu tidak
mungkin didesain untuk anak laki-laki, meskipun celananya memang terlihat
sangat macho. Tapi toh aku masih
sering disebut cantik pada waktu itu. *hehehe
Yang
biru tua, di sisi kanan kiri nya terdapat gambar boneka panda gendut dengan
motif garis-garis horizontal berwarna putih. Lucu sekali. Dipasangkan dengan
baju berwarna pink tua dengan gambar laki-laki dewasa memegang tongkat golf
hendak memukul bola dan karet melingkari kedua bagian lengan baju tersebut. Yap,
itu tidak terlihat macho sama sekali. Aku bahkan berani foto studio pertama
kali mengenakan pasangan baju itu. Aih, beliau memang istimewa. Memilihkan
baju-baju itu, beberapa tahun lalu, dan aku masih bisa dengan jelas
mengingatnya di usia 21 tahunku ini.
Kemudian, lebaran ke sekian, entah
darimana aku bisa begitu terjerumus. Beberapa hari menjelang lebaran datang,
aku ditawari seorang pedagang langsung datang ke rumah. Yap, aku mudah sekali
terbujuk. Aku terbujuk untuk memiliki baju berkerah cokelat hitam itu. Dan
lebih parahnya, aku juga terbujuk membeli celana jeans panjang bertuliskan “Boy”.
Aku baru tahu belakangan dari bibi-bibiku, kalau “Boy” itu artinya laki-laki.
Kenyataan yang cukup membuat dadaku sesak. T.T
Mamah
sudah menjelaskan berulang kali kalau pakaian itu lebih bagus untuk anak
laki-laki, bla bla bla, sampai ke penjelasan tentang reaksi yang akan
dihasilkan beliau. Kalau beliau tau, beliau akan langsung memarahiku atau
sejenisnya seperti meledek, mencibir, dsb. Ternyata benar, setelah beliau tau,
beliau hanya meledek dan membanggakan diri kalau pilihannya selalu lebih bagus.
Oke, demi menghindari ejekan-ejekan
bibi-bibiku, baju itu hanya dipakai satu-dua kali saja selama itu. Setelah itu,
aku amankan di lemari dan berharap segera mendapat adik laki-laki. Tapi apa yang
terjadi? Beberapa tahun kemudian, setelah adikku tumbuh besar, dia yang
laki-laki saja enggan mengenakan pakaian itu. Yaampun, betapa malunya aku, dulu aku yang seorang perempuan pernah dengan PD nya berkeliaran di luar rumah
mengenakan baju berwarna gelap berkerah dan celana jeans gelap bertuliskan “Boy”.
:D
2 komentar:
aku ketawa mbayanginnya :D
Posting Komentar