“ Karena wanita ingin dimengerti
Lewat tutur lembut dan laku agung”
Karena aku wanita. Makhluk yang katanya
gemar membolak-balikkan keadaan. Pernyataan itu tidak benar, yang kadang-kadang
bisa hampir benar, juga bisa menjadi benar. Semuanya bergantung perasaan.
Bergantung hati. Bergantung -kamu-. Ah, wanita memang makhluk perasa.
Ketika sesuatu yang disebut perasaan lebih condong
pada suatu keadaan yang kemudian ‘buktinya’ tidak sesuai kenyataan, maka
sebenarnya dia mencium bau tidak beres
dari -kamu-.
Misal ketika hati kecilku mengatakan ‘kamu ga boleh’,
tetapi karena aku tahu betul -kamu- menginginkannya, maka aku lebih memilih
mengatakan yang sebaliknya. ‘Iya sayang, silahkan, boleh, monggo’. Itu jauh lebih
baik dari didiamkan semalaman tanpa kabar; Salah satu reaksi yang mungkin
muncul ketika aku menginginkan yang tak -kamu-
inginkan atau tidak menginginkan yang -kamu- inginkan. Sungguh itu jauh lebih
baik. Jauh melegakan.
Misal juga ketika aku mengatakan ‘terserah’, terkadang
maksudnya bukan berarti membiarkanmu bebas melakukan apapun. Alasannya karena aku
tidak begitu suka disebut sebagai tukang ngatur, maka memang kata paling tepat
adalah ‘terserah’. Terserah apapun yang menurut -kamu- baik, lakukan saja.
Dan setelah aku mengenal -kamu-, aku bisa lebih
berdamai dengan hal-hal seperti itu. Daripada aku didiamkan semalaman, lebih
baik mengatakan sesuatu yang ingin -kamu- dengarkan bukan? Membohongi diri
sendiri? Itu bukan masalah lagi ketika ternyata tak dipedulikan lebih tidak
enak untuk dinikmati sendirian.
0 komentar:
Posting Komentar