Satu hal yang pasti terjadi dalam hidupku:
mencintai seseorang.
Aku ingin sekali mengucapkan kalimat-kalimat permintaan maaf untuk seseorang yang bahkan tidak akan terlalu mengakui kesalahanku. Aku mencintainya. Itu sudah pasti. Karena perasaan itulah, seringkali aku membuatnya pusing. Bukan karena kasus cinta bertepuk sebelah tangan atau yang sejenisnya. Melainkan lebih karena aku membuat keadaan apapun yang berhubungan dengannya menjadi terkesan rumit. Bukan karena aku ingin mempersulitnya. Jelas bukan. Tetapi karena aku begitu menakuti kemungkinan kehilangannya, serta kemungkinan-kemungkinan buruk lainnya yang akan membuatnya menjadi begitu jauh denganku. Aku mengakui sebuah fakta bahwa aku wanita yang rumit. Meskipun kebanyakan pria berasumsi bahwa semua wanita itu rumit, aku bahkan lebih rumit dari wanita-wanita pada umumnya terlebih ketika dihadapkan dengan segala hal yang berbau dia. Seringkali dia memintaku membuat segala urusan khususnya urusan kami berdua menjadi simpel. Jika dia sudah berkata demikian, itu pertanda bahwa dia sudah benar-benar pusing menghadapiku.
Aku ingin sekali mengucapkan kalimat-kalimat permintaan maaf untuk seseorang yang bahkan tidak akan terlalu mengakui kesalahanku. Aku mencintainya. Itu sudah pasti. Karena perasaan itulah, seringkali aku membuatnya pusing. Bukan karena kasus cinta bertepuk sebelah tangan atau yang sejenisnya. Melainkan lebih karena aku membuat keadaan apapun yang berhubungan dengannya menjadi terkesan rumit. Bukan karena aku ingin mempersulitnya. Jelas bukan. Tetapi karena aku begitu menakuti kemungkinan kehilangannya, serta kemungkinan-kemungkinan buruk lainnya yang akan membuatnya menjadi begitu jauh denganku. Aku mengakui sebuah fakta bahwa aku wanita yang rumit. Meskipun kebanyakan pria berasumsi bahwa semua wanita itu rumit, aku bahkan lebih rumit dari wanita-wanita pada umumnya terlebih ketika dihadapkan dengan segala hal yang berbau dia. Seringkali dia memintaku membuat segala urusan khususnya urusan kami berdua menjadi simpel. Jika dia sudah berkata demikian, itu pertanda bahwa dia sudah benar-benar pusing menghadapiku.
Aku mencintainya. Sangat. Ada satu hal yang
betul-betul aku sukai darinya. Yang tidak pernah sekalipun aku temui di
lelaki-lelaki manapun yang pernah ku kenal. Aku tidak akan menyebutkan hal apa
yang ku sukai itu, begitupun juga aku tidak pernah menceritakannya padanya.
Karena siapa tahu ketika aku menceritakannya, dia malah menyuruhku berhenti
menyukai hal itu? Menyuruhku tidak berlebihan? Menyuruhku sederhana saja?
Karena kadang-kadang jalan pikiran kami bertentangan satu sama lain.
Sudah tak terhitung jari betapa seringnya aku
bermimpi tentangnya, yang berarti aku sangat mengharapkannya. Aku menyenangi
saat-saat dimana dia ada dalam jangkauan mataku. Begitu dekat. Kadang
bertingkah yang tidak-tidak, membuat kulit perutku sakit, dan justru membuatnya
menjadi seperti candu bagiku. Aku membutuhkannya. Sama seperti aku membutuhkan
sahabat untuk berbagi segala perasaan. Untuk waktu sekarang, aku tidak bisa
kehilangannya. Kehilangan dia sama saja kehilangan separuh kebahagiaanku di
Kota Istimewa ini. Terlepas dari seperti apa yang dia rasakan terhadapku, tidak
ada laki-laki lain yang kemudian terlintas di benakku menjadi seseorang yang
amat kucinta seperti dia. Tidak ada.
Tetapi bagaimana jika perasaan tidak nyaman
tiba-tiba muncul padaku? Entah karena dia selalu membentang "jarak"
yang semakin jauh denganku, entah karena sifat rumitku menuntut pengertian yang
sesungguhnya, entah karena ada beberapa nama yang sering membuat hatiku panas
dan cemburu, entah karena dia selalu mempersingkat kebersamaan denganku meski
keadaan tak mengharuskannya begitu, entah karena banyak hal-hal sederhana yang
tidak lagi mencuri perhatiannya, entah karena aku lelah terhadap sesuatu yang
aku sendiri tidak dapat mengerti, entah karena aku lebih memilih menyerah.
Entah karena apapun alasannya, ketika lama-lama
dia membuatku tak bisa mencintainya lagi, aku sudah memastikan bahwa aku akan
tetap mencintai seseorang. Entah untuk menyembuhkan luka-luka saat bersamanya,
entah untuk menetap selamanya, entah untuk belajar kembali mencintainya. Entah
pada orang yang berbeda atau kembali padanya, pada orang yang sama. Semuanya
hanya bergantung waktu. Tetapi sudah dipastikan, dalam hidupku, aku akan
mencintai seseorang.
0 komentar:
Posting Komentar